You have come this far. Don’t give up now.
The Notebook
Sumber: Counselling Blog
Kamu sudah pergi sejauh ini. Jangan menyerah.
Pernah terpikir untuk menyerah? Pernah. Beberapa kali mungkin, saat hidup seperti mendorongmu jatuh *edisi dramatis*. Saat yang kamu bisa lakukan adalah menangis, sambil harus terus bangun. Waktu tidak mengizinkanmu untuk berdiam diri.
Tiga setengah tahun pertama di tempat saya menuntut ilmu saat ini penuh dengan tantangan. Tuntutan akademik yang tergolong tinggi disertai tugas-tugas lainnya membuat saya harus bisa mengatur waktu. Mengatur diri sendiri. Mengatur stres. Pokoknya, ilmu manajemen kehidupan itu benar-benar dipakai di sini. Hehe.
Pernah, suatu hari, ketua program studi kami berujar pada yudisium 1 (di akhir tahun, kami diberikan transkrip nilai selama 2 semester pada hari tersebut, sekaligus menentukan apakah kami harus remedial untuk memperbaiki hasil ujian agar bisa naik tingkat), “Kalian boleh sedih hari ini kalau nilai yang tertera belum memuaskan, tapi the show must go on. Kalian harus bangkit lagi untuk menjalani proses selanjutnya. Masih ada waktu untuk memperbaiki.”
Sedih boleh. Kecewa boleh. Tapi jangan tenggelam pada perasaan pribadi lantas terlalu asyik menyesali yang sudah terjadi. Lakukan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Kamu sudah pergi sejauh ini. Jangan menyerah.
Allah mengizinkan saya tidak menyerah tiga setengah tahun ini. Allah memberi banyak pembelajaran dan kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya, tentu saya tidak bisa apa-apa.
Saat ini, saya agak takut untuk menghadapi fase selanjutnya. Banyak sekali hal yang saya perdalam kembali. Benar adanya bahwa kita harus menjadi pembelajar sepanjang hayat. Lifelong learner.
Rasa takut itu membuat kita menjadi manusia. Rasa takut yang terbersit membuat kita memiliki keinginan untuk mempersiapkan diri. Asal jangan tenggelam dalam rasa takut. Ah ya, setiap rasa memang harus disandarkan pada Sang Maha Kuasa.
Kamu sudah pergi sejauh ini. Jangan menyerah.
Lagipula, bukankah dalam surat cinta-Nya, Nabi Ya’qub pernah berpesan pada anak-anaknya, “Wa laa tay-asuu min rowhillaah.”
Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah. Mereka yang berputus asa dari kasih sayang dan pertolongan-Nya hanyalah mereka yang mengingkari tauhid..